“keraton kasepuhan cirebon
Artikel Terkait keraton kasepuhan cirebon
- Camping Ground Cianjur
- Cibulan Kuningan
- Tentu, Dengan Senang Hati Saya Akan Membuatkan Artikel Lengkap Tentang Snorkeling Di Pangandaran Dengan Panjang Sekitar 1600 Kata.
- Spot Sunrise Jawa Barat
- Wisata Alam Garut
Pengantar
Dengan senang hati kami akan menjelajahi topik menarik yang terkait dengan keraton kasepuhan cirebon. Ayo kita merajut informasi yang menarik dan memberikan pandangan baru kepada pembaca.
Table of Content
Video tentang keraton kasepuhan cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon: Jejak Peradaban, Akulturasi, dan Pusat Spiritual di Pesisir Utara Jawa
Pendahuluan
Di jantung kota Cirebon, Jawa Barat, berdiri megah sebuah warisan budaya yang tak lekang oleh waktu: Keraton Kasepuhan. Lebih dari sekadar bangunan bersejarah, keraton ini adalah cerminan hidup dari akulturasi budaya, pusat penyebaran agama Islam, dan saksi bisu perjalanan panjang Kesultanan Cirebon. Dengan arsitekturnya yang unik, koleksi benda pusaka yang tak ternilai, serta tradisi dan upacara adat yang masih lestari, Keraton Kasepuhan bukan hanya destinasi wisata, melainkan sebuah museum hidup yang terus bernafas, menjaga api peradaban dan spiritualitas di pesisir utara Jawa.
Artikel ini akan mengupas tuntas Keraton Kasepuhan, mulai dari sejarah pembentukannya yang erat kaitannya dengan Wali Songo, keunikan arsitekturnya yang memadukan berbagai corak, kekayaan koleksi benda pusakanya, hingga peran dan signifikansinya dalam menjaga tradisi dan identitas budaya Cirebon.
Sejarah dan Asal-usul: Dari Padepokan Menjadi Kesultanan
Kisah Keraton Kasepuhan Cirebon tak bisa dilepaskan dari sosok Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Nusantara. Sebelum berdirinya Kesultanan Cirebon, wilayah ini dikenal sebagai Dukuh Pasambangan, sebuah padepokan yang dipimpin oleh Ki Gedeng Tapa. Putri Ki Gedeng Tapa, Nyi Mas Rara Santang, kemudian menikah dengan Prabu Siliwangi dan melahirkan Pangeran Walangsungsang dan Nyi Mas Rara Santang yang kelak dikenal sebagai Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan Nyi Mas Pakungwati.
Pada tahun 1430-an, Pangeran Walangsungsang mendirikan pemukiman di daerah pesisir yang diberi nama Carbon (Cirebon), yang berarti air udang atau terasi, sesuai dengan mata pencarian utama penduduknya. Pemukiman ini kemudian berkembang menjadi sebuah dukuh dan pada tahun 1447, Pangeran Walangsungsang mendirikan Keraton Pakungwati, yang menjadi cikal bakal Keraton Kasepuhan. Ia kemudian dinobatkan sebagai raja pertama Cirebon dengan gelar Cakrabuana.
Peran penting dalam sejarah Cirebon selanjutnya dipegang oleh Syarif Hidayatullah, cucu Ki Gedeng Tapa dan putra dari Syarif Abdullah Umdatuddin dari Mesir. Setelah menimba ilmu agama di berbagai tempat, Syarif Hidayatullah tiba di Cirebon pada tahun 1479 dan melanjutkan kepemimpinan Pangeran Cakrabuana. Di bawah kepemimpinannya, Cirebon tidak hanya berkembang sebagai pusat perdagangan maritim, tetapi juga sebagai pusat penyebaran Islam yang strategis di pesisir utara Jawa. Ia kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, salah satu wali yang paling berpengaruh.
Pada masa Sunan Gunung Jati inilah, Kesultanan Cirebon mencapai puncak kejayaannya. Keraton Pakungwati yang menjadi pusat pemerintahan dan keagamaan terus dikembangkan. Setelah wafatnya Sunan Gunung Jati pada tahun 1568, tahta Kesultanan Cirebon dipegang oleh para keturunannya.
Pecahnya Kesultanan dan Lahirnya Kasepuhan
Seiring berjalannya waktu, terjadi beberapa kali perpecahan di dalam Kesultanan Cirebon, terutama akibat campur tangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang menerapkan politik devide et impera. Perpecahan terbesar terjadi pada tahun 1677, setelah wafatnya Panembahan Girilaya (Sultan Sepuh I), yang mengakibatkan terbaginya Kesultanan Cirebon menjadi tiga keraton:
- Keraton Kasepuhan: Dipegang oleh Pangeran Martawijaya (Sultan Sepuh II), sebagai keraton tertua dan pewaris utama Kesultanan Cirebon. Nama "Kasepuhan" sendiri berasal dari kata "sepuh" yang berarti tua atau yang paling awal.
- Keraton Kanoman: Dipegang oleh Pangeran Kartawijaya (Sultan Anom I), yang merupakan adik dari Pangeran Martawijaya.
- Keraton Kacirebonan: Didirikan kemudian oleh Pangeran Raja Kanoman pada tahun 1807, yang merupakan keturunan dari Sultan Kanoman.
Selain itu, terdapat pula Keraton Kaprabonan yang merupakan keturunan dari Pangeran Arya Carbon. Meskipun terpecah, Keraton Kasepuhan tetap memegang peranan penting sebagai pusat tradisi, budaya, dan spiritualitas Kesultanan Cirebon. Bangunan-bangunan utama keraton yang ada saat ini sebagian besar merupakan peninggalan dari masa Sultan Sepuh I hingga Sultan Sepuh III.
Arsitektur yang Unik: Akulturasi Tiga Budaya Besar
Salah satu daya tarik utama Keraton Kasepuhan adalah arsitekturnya yang memukau, sebuah perpaduan harmonis antara tiga kebudayaan besar: Islam, Tionghoa, dan Eropa (Belanda), dengan sentuhan kuat budaya Jawa. Perpaduan ini bukan tanpa alasan, melainkan refleksi dari sejarah Cirebon sebagai kota pelabuhan yang ramai, tempat bertemunya berbagai etnis dan budaya.
Kompleks Keraton Kasepuhan terbagi menjadi beberapa bagian penting, masing-masing dengan fungsi dan filosofi tersendiri:
-
Gerbang Utama (Regol Pangrawit): Gerbang masuk utama keraton ini menunjukkan pengaruh arsitektur Jawa klasik dengan bentuk paduraksa (gerbang beratap). Di bagian atas gerbang terdapat hiasan mahkota yang melambangkan kekuasaan.
-
Siti Inggil: Berada di bagian depan kompleks keraton, Siti Inggil berarti "tanah yang tinggi". Area ini dulunya merupakan tempat sultan menyaksikan latihan prajurit dan upacara-upacara penting. Bangunan-bangunan di Siti Inggil didominasi oleh gaya arsitektur Jawa-Hindu dengan sentuhan Islam.
- Pancaniti: Sebuah pendopo terbuka tempat sultan menerima laporan atau menyaksikan upacara. Pilar-pilar penyangga pendopo ini dihiasi dengan motif naga dan singa, yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan.
- Mande Malang Semirang: Bangunan ini memiliki bentuk atap limasan yang khas Jawa. Di sinilah para abdi dalem menunggu perintah sultan.
- Mande Karesman: Digunakan untuk pertunjukan seni dan hiburan.
- Mande Pengiring: Tempat para pengiring sultan.
- Mande Pandawa: Tempat para pangeran atau kerabat sultan.
- Mande Kemuda: Tempat para penjaga keraton.
- Gapura Pangemut: Gerbang yang menghubungkan Siti Inggil dengan area selanjutnya.
-
Bangsal Pringgondani: Sebuah bangunan utama di Siti Inggil yang digunakan untuk berbagai acara resmi keraton. Keunikan bangsal ini terletak pada dindingnya yang dihiasi dengan porselen-porselen Tiongkok kuno, menunjukkan kuatnya pengaruh Tionghoa dalam arsitektur keraton. Motif porselen ini beragam, mulai dari pemandangan alam, flora, fauna, hingga figur manusia.
-
Dalem Agung Pakungwati: Ini adalah bangunan inti keraton yang dulunya merupakan kediaman sultan dan keluarganya. Arsitekturnya lebih tertutup dan privat. Di sinilah tersimpan benda-benda pusaka dan koleksi berharga keraton. Bangunan ini mencerminkan gaya arsitektur Jawa klasik dengan sentuhan Islam.
-
Langgar Agung: Sebuah masjid kecil di dalam kompleks keraton yang digunakan untuk salat dan kegiatan keagamaan keluarga keraton. Desainnya sederhana namun sarat makna, menunjukkan fungsi utama keraton sebagai pusat spiritual.
-
Museum Pusaka Keraton Kasepuhan: Didirikan untuk menyimpan dan memamerkan koleksi benda-benda pusaka keraton. Bangunan museum ini bergaya kolonial Belanda, menunjukkan jejak masa penjajahan.
-
Taman Banyu Sumur Bandung: Sebuah taman dengan sumur kuno yang dipercaya memiliki khasiat tertentu. Taman ini merupakan tempat relaksasi dan meditasi bagi keluarga keraton.
Filosofi Arsitektur dan Simbolisme
Setiap elemen arsitektur Keraton Kasepuhan sarat dengan filosofi dan simbolisme. Motif naga dan singa yang sering ditemukan bukan hanya hiasan, melainkan representasi kekuatan dan perlindungan. Penggunaan porselen Tiongkok tidak hanya menunjukkan kekayaan, tetapi juga akulturasi budaya yang harmonis. Tata letak keraton yang menghadap ke utara (menuju Gunung Ciremai) dan selatan (menuju laut) mencerminkan kosmologi Jawa yang memandang gunung sebagai simbol spiritualitas dan laut sebagai sumber kehidupan.
Warna-warna yang digunakan, seperti merah dan emas, seringkali melambangkan kemewahan dan kebesaran. Atap-atap limasan dan joglo mencerminkan gaya arsitektur Jawa yang mengutamakan keselarasan dengan alam. Bahkan material bangunan, seperti kayu jati pilihan, menunjukkan kualitas dan keawetan yang diharapkan dari sebuah pusat pemerintahan dan budaya.
Koleksi Benda Pusaka: Saksi Bisu Kejayaan
Museum Pusaka Keraton Kasepuhan menyimpan ribuan benda bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan Kesultanan Cirebon. Koleksi ini meliputi berbagai kategori:
-
Kereta Kencana Singa Barong: Ini adalah ikon paling terkenal dari Keraton Kasepuhan. Kereta kencana ini dibuat pada tahun 1549 oleh Pangeran Losari. Bentuknya sangat unik, merupakan perpaduan tiga hewan mitologis: Gajah (simbol dari India/Hindu), Naga (simbol dari Tiongkok/Buddha), dan Burung Garuda (simbol dari Islam/Jawa). Tiga simbol ini mewakili tiga agama besar yang menyatu dalam budaya Cirebon. Moncongnya berbentuk belalai gajah, badannya bersisik naga, dan sayapnya menyerupai sayap burung garuda. Kereta ini dulunya digunakan oleh sultan dalam upacara-upacara besar dan pawai. Saat ini, Kereta Singa Barong asli disimpan di museum dan hanya dikeluarkan pada momen-momen tertentu yang sangat sakral, seperti upacara adat atau pembersihan pusaka. Replika kereta ini sering digunakan dalam acara-acara publik.
-
Gamelan Pusaka: Keraton Kasepuhan memiliki beberapa set gamelan pusaka yang sangat tua, beberapa di antaranya diyakini berasal dari masa Sunan Gunung Jati. Gamelan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga sebagai benda ritual yang digunakan dalam upacara-upacara adat, seperti upacara Panjang Jimat. Suara gamelan ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual.
-
Senjata Tradisional: Koleksi senjata meliputi berbagai jenis keris, tombak, pedang, dan meriam kuno.
Penutup
Dengan demikian, kami berharap artikel ini telah memberikan wawasan yang berharga tentang keraton kasepuhan cirebon. Kami berterima kasih atas perhatian Anda terhadap artikel kami. Sampai jumpa di artikel kami selanjutnya!